Monday, January 25, 2010

.:: Tulus Walau Kecil ::.

Seusai salam sholat jum'at di Masjid Al Manar Pelaihari, diminta kesediaan jama'ah untuk mensholatkan jenazah. Jenazah diminta dibawa masuk ke dalam masjid dan ditempatkan di depan. Ketika berdiri dan mencari shof lebih di depan yang telah ditinggalkan jama'ah yang tidak ikut sholat jenasah, badanku terasa bergetar, "Ya Allah, aku iri dengan jenasah ini. Engkau buat ia meninggal di hari Jum'at sehingga ia dapat disholatkan oleh jama'ah sebanyak ini", seruku dalam hati.

Nama jenasah ini Bapak Haji Ridwan, apa amal almarhum yang membuat ia dapat kemudahan seperti ini?


Wah, iri aku jadinya. Kita boleh iri terhadap 3 hal, pertama iri kepada orang berilmu yang mengamalkan dan mau membagi ilmunya, kedua orang kaya yang dermawan, dan ketiga pada orang miskin yang sabar dan mau berderma.

Entah amal apa yang membuat Pak Ridwan ini dapat keberuntungan seperti ini. Mungkin tidak amal besar yang dihandalkan Pak Ridwan, tapi mungkin amal kecil yang dikerjakan dengan tulus dan konsisten.

Aku jadi teringat, berapa hari yang lalu aku bertemu dua orang yang bertolak belakang persepsi dan kebiasaannya.

Pertama seorang bapak yang gaji perbulannya diatas dua puluh dua juta rupiah menjabat sebagai direksi di multinational corporate, dan satunya seorang bapak yang gajinya hanya lima ratus ribu yang menjadi guru madrasah ibtidayah di sebuah desa kecil dipinggiran kota.
Bapak Guru sudah naik haji, sedangkan Bapak Direksi belum naik haji.

"Bagaimana saya akan naik haji? Sekarang ini pengeluaran saya sangat banyak, dan ditambah lagi kesibukan saya saat ini", jelas Bapak Direksi. Jika mengetahui rincian pengeluarannya memang sangat luar biasa, contohnya biaya listrik rumahnya saja perbulan dua juta rupiah.
Sebaliknya Bapak Guru, "Saya naik haji karena menabung setiap bulannya dua ratus ribu rupiah".

Aku terperanjat mendengarnya karena tidak mungkin secara logika seseorang yang sudah berkeluarga dengan gaji lima ratus ribu rupiah bisa menabung dua ratus ribu rupiah.
"Saya seorang guru, terkadang orang tua murid membayar sekolah atau mengirimi kami bahan makanan atau makanan sudah jadi, hal itu sering terjadi sehingga kami bisa menghemat", urainya tentang bagaimana dia bisa menabung.

Tidak mungkin sesederhana itu Bapak Guru mendapatkannya, "Tugas saya sederhana, memberikan yang terbaik dalam mendidik setiap murid saya".
Aku semakin paham perbedaan dua bapak di atas setelah semalam menonton acaranya Mario Teguh. Ada kutipan di layar TV yang tertulis "Jika orang mencari kebahagiaan, maka kebahagiaan ada di luar dirinya. Tapi jika orang mensyukuri kebahagiaan maka kebahagiaan itu sudah ada dalam dirinya".

Bapak Direksi melihat hidup adalah BEBAN sehingga ia BEKERJA KERAS terus untuk MENGATASInya.

Sedang Bapak Guru melihat hidup adalah WUJUD TANGGUNG JAWABnya sehingga ia berusaha MEMBERI yang TERBAIK, akibatnya dia memberi dengan TULUS dan MENIKMATI hidupnya.

Apa amal dan cara hidup Pak Ridwan mirip dengan Bapak Guru? Entahlah, tugasku sebagai sesama muslim mensholatkan, maka sesudah mensholatkan aku ikut mengangkat kerandanya ke mobil ambulan. Semoga Allah SWT menemukan kita di Jannatun Na'im. Amin.

Sahabat…………, Amal yang dinilai kecil di mata manusia, apabila kita melakukannya dengan ikhlas karena Allah, maka Allah akan menerima dan melipat gandakan pahala dari amal perbuatan tersebut. Abdullah bin Mubarak berkata, "Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat."

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Seorang laki-laki melihat dahan pohon di tengah jalan, ia berkata: Demi Allah aku akan singkirkan dahan pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin, Maka ia pun masuk surga karenanya." (HR. Muslim)

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Dahulu ada seekor anjing yang berputar-putar mengelilingi sumur, anjing tersebut hampir-hampir mati karena kehausan, kemudian hal tersebut dilihat oleh salah seorang pelacur dari bani israil, ia pun mengisi sepatunya dengan air dari sumur dan memberikan minum kepada anjing tersebut, maka Allah pun mengampuni dosanya." (HR Bukhari Muslim)

--
KC. Gorontalo 162

Apakah kau Sedih? Baca ini!!!

Ada seseorang yang selalu resah dan gelisah dalam hidupnya menemui seorang bijak dan berkata:"Guru, saya tidak pernah mendapatkan KEBAHAGIAAN dalam hidupku....
Tolong ajarkan saya agar HIDUPKU SELALU BAHAGIA !"

Orang bijak itu menjawab:" Kebahagiaan itu sebenarnya tidak perlu kau cari....Kebahagiaan itu ada pada dirimu sendiri. Tapi kamu dapat belajar untuk menemukannya"


''Berapa lamakah waktu yang saya butuhkan untuk memperoleh kebahagiaan ?'' Orang bijak itu memandang si anak muda kemudian menjawab, ''Kira-kira sepuluh tahun.''

Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut, ''Begitu lama?'' tanyanya tak percaya. ''Tidak,'' kata si orang bijak,'' Saya keliru. Engkau membutuhkan 20 tahun.'' Anak muda itu bertambah bingung. ''Mengapa Guru lipatkan dua,?'' tanyanya keheranan. Orang bijak kemudian berkata, ''Coba pikirkan, dalam hal ini mungkin engkau membutuhkan waktu 30 tahun.''

Apa yang terlintas dalam pikiran Kita ketika membaca cerita di atas? Tahukah Kita mengapa semakin banyak orang muda itu bertanya,bsemakin lama pula waktu yang diperlukannya untuk mencapai kebahagiaan? Lantas, bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan?

Sebagaimana yang telah banyak disampaikan, kebahagiaan hanya akan dicapai kalau kita mau melakukan perjalanan KE DALAM. Namun, itu semua tidak dapat Kita peroleh dengan cuma-cuma.
Kita harus mau MEMBAYAR HARGANYA.

Agar lebih mudah kita gunakan analogi sebuah toko. Nama toko itu adalah ''TOKO KEBAHAGIAAN'' Di sana tidak ada barang yang bernama 'Kebahagiaan'' karena ''Kebahagiaan'' itu sendiri TIDAK DIJUAL. Namun, toko ini menjual semua barang yang merupakan unsur-unsur pembangun kebahagiaan, antara lain: KESABARAN, KEIKHLASAN, RASA SYUKUR, KASIH SAYANG, KEJUJURAN, KEPASRAHAN KEPADA TUHAN dan RELA MEMAAFKAN.

Inilah ''barang-barang'' yang Kita perlukan untuk mencapai kebahagiaan. Tetapi, berbeda dari toko biasa, toko ini tidak menjual produk jadi. Yang dijual di sini adalah BENIH. Jadi, kalau Kita tertarik untuk Membeli ''Kesabaran'' Kita hanya bisa mendapatkan ''Benih Kesabaran.'' Karena itu, segera setelah Kita pulang ke rumah Kita harus Berusaha Keras untuk Menumbuhkan dan memelihara Benih tersebut Sampai ia Menghasilkan BUAH KESABARAN. Setiap Benih yang Kita beli di toko tersebut Mengandung Sejumlah Persoalan yang Harus Kita Pecahkan. Hanya bila Kita MAMPU Memecahkan Persoalan tersebut, Kita akan Menuai Buahnya.

Benih yang dijual di toko itu juga bermacam-macam tingkatannya. ''Kesabaran Tingkat 1,'' misalnya, berarti menghadapi kemacetan lalu lintas atau pengemudi bus yang ugal-ugalan. ''Kesabaran Tingkat 2'' berarti menghadapi orang yang sewenang-wenang atau orang yang suka memfitnah. ''Kesabaran Tingkat 3'',misalnya, adalah menghadapi keluarga Kita yang sendiri. Seperti menghadapi Istri yang cerewet atau suami yang nyebelin,malas dan kurang perhatian.

Produk yang lain misalnya ''BERSYUKUR'' ''Bersyukur Tingkat 1'' adalah bersyukur di kala SENANG siap bersedekah kala kantong tebal, sementara ''Bersyukur Tingkat 2'' adalah bersyukur di kala SUSAH sedang defisitpun tetap bersedekah. ''KEJUJURAN Tingkat 1,''misalnya, kejujuran dalam kondisi Biasa, sementara ''Kejujuran Tingkat 2'' adalah kejujuran dalam Kondisi TERANCAM. Inilah sebagian produk yang dapat dibeli di ''Toko Kebahagiaan''. Setiap produk yang dijual di toko tersebut Berbeda-beda Harganya sesuai dengan KUALITAS KARAKTER yang Ditimbulkannya. Yang TERMAHAL ternyata adalah ''KESABARAN'' karena kesabaran ini merupakan Bahan Baku dari Segala Macam Produk yang Dijual di sana.

Seorang filsuf pernah mengatakan, ''Apa yang Kita Peroleh dengan TERLALU MUDAH PASTI KURANG Kita HARGAI. Hanya Harga yang MAHAL-lah yang Memberi NILAI kepada SEGALANYA. Tuhan Tahu Bagaimana MEMASANG Harga yang Tepat pada Barang-barangnya.'' Maka ketika kita Menyambut Setiap Masalah dengan Penuh KEGEMBIRAAN akan memperoleh ''OBAT dan VITAMIN'' yang terkandung disetap Masalah yang terjadi. Dengan demikian Kita akan BERTERIMA KASIH kepada Orang-orang yang Telah Menyusahkan Kita karena Mereka Memang ''diutus'' untuk Membantu Kita.

Pengemudi yang ugal-ugalan, orang yang jahat, orang yang sewenang-wenang adalah Peluang untuk MEMBENTUK Kesabaran. Penghasilan yang Pas-pasan adalah peluang untuk MENUMBUHKAN RASA SYUKUR. Suasana yang Ribut dan Gaduh adalah Peluang untuk MENUMBUHKAN KONSENTRASI.

Bertemu dengan Orang-orang yang TAK TAHU BERTERIMA KASIH adalah Peluang untuk Menumbuhkan PERASAAN KASIH Tanpa Syarat. Orang-orang yang MENYAKITI Kita adalah Peluang untuk MENUMBUHKAN Kualitas RELA MEMAAFKAN.

Sebagai penutup Marilah kita Renungkan ungkapan berikut ini: ''Aku memohon Kekuatan dan Tuhan memberiku Kesulitan-kesulitan untuk Membuatku KUAT, Aku memohon Kebijaksanaan dan Tuhan memberiku Masalah untuk diselesaikan. Aku memohon Kemakmuran dan Tuhan memberiku TUBUH dan OTAK untuk Bekerja. Aku memohon Keberanian dan Tuhan memberiku berbagai BAHAYA untuk aku Atasi.Aku memohon Cinta dan Tuhan memberiku Orang-orang yang Bermasalah untuk Aku Bantu. Aku mohon Berkah dan Tuhan memberiku berbagai Kesempatan. Aku Tidak Memperoleh Apapun yang Aku Inginkan,tetapi Aku MENDAPATKAN Apapun yang Aku BUTUHKAN.''

Allah SWT berfirman bahwa Kita semua dilarang merasa terhina tidak boleh pula terus menerus larut dalam kesedihan karena kita adalah orang-orang yang akan senantiasa ditinggikan derajatnya jika kita adalah orang-orang yang senantiasa menjaga keimanan kita " ( Walaa tahunuu walaa tahzanuu wa antumul a'launa in kuntum mu'miniin )

--
KC. Gorontalo 162